Selasa, 22 November 2016

Melepaskan dan Sebuah Penerimaan

Sering kali kita lalai, bilang kita kehilangan sesuatu dan menjadi makhluk paling nestaoa di dunia.
Sering kali kita lupa, terus menengadah bagai peminta yang ingin lekas tangan terbukanya penuh.
Lupa, bahwa hakikat menerima dekat sekali dengan melepaskan, dan sebaliknya, melepaskan dekat sekali dengan sebuah penerimaan.
Dimana kita harus rela melepaskan, untuk menerima yang baru.
Sayangnya kita terlalu tamak, memilih untuk terus menerima, hingga tanpa sadaar kita telah meminta-minta.
Berharap tengadahan tangan semakin penuh dan penuh, lantas lupa jika tangan punya kapasitasnya, ada daya tampungnya. 

Kita lupa akan arti keikhlasan, lupa pula arti kesabaran, pun dengan arti melepaskan.
Yang diingat hanya kehilangan, kerugian dan kesulitan.

Kita lupa bahwa segala yang dilepas akan diganti. Dengan berbagai bentuk kembalinya, dengan banyak kejadian menakjubkan mengantarnya kembali.
Maka, dengan demikian, semakin lepas kita melepaskan, semakin indah penerimaan yang akan didapat.
Akan menjadi luar biasa jika hadiah dari melepaskan itu adalah sebuah hati yang baru.
Hati yang dilengkapi fitur sabar dan tulus. Bersih dan memesona. 
Adakah yang bisa mengalahkan sebuah hati dengan kemilau kesabaran di dalamnya?

Maka, sudah semestinya kita memahami.
Melepaskan selalu dekat dengan penerimaan baru. Penerimaan selalu dekat dengan melepaskan.
Dan saat kita bersiap menerima hal yang baru, tak melulu juga diganti dengan hal yang sama. 
Hadiah sebuah pelepasan yang indah akan mendapat ganti yang luar biasa. Hati yang semakin tinggi harganya, dipenuhi kemilau sabar dan ketulusan.


Malang, 10 November 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Surat Untuk Rezka

Hai, Rezka. Kali ini aku ingin sekali menulis tentang kamu. Boleh, ya? Jadi ini memang sengaja aku tulis di blog. Menurutku, kalau kus...